Nabirekab.go.id,- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) adalah Organisasi profesi yang menghimpun para dokter di Indonesia yang bersifat Independen. Ikatan Dokter Indonesia didirikan dengan tujuan memadukan segenap potensi dokter di Indonesia, meningkatkan harkat, martabat dan kehormatan diri serta profesi dokter di Indonesia, mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi kedokteran, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan rakyat Indonesia menuju masyarakat sehat dan sejahtera, sesuai dengan visi universal maka dalam dharma bhaktinya sebagai salah satu pilar pokok pembangunan kesehatan, dokter Indonesia perlu meningkatkan peran advokasi kesehatan dan profesionalisme dengan berpegang teguh pada sumpah dan kode etik kedokteran Indonesia, demikian di katakan Ketua Ikatan Dokter Indonesia Kabupaten Nabire dr. Frans Sayori melalui sambutan tertulisnya pada seminar dan workshop, dalam rangka peringatan 65 tahun Ikatan Dokter Indonesia Cabang Nabire, sabtu (24/10/15) bertempat di guest House.
Ditambahkannya, hingga saat ini prevalensi HIV di Tanah Papua mencapai 2,3% dan belum semua mengetahui status HIV nya, sementara penularan baru tetap terjadi, baik dari ibu ke anak/bayinya maupun antara mereka yang umur reproduksinya aktif, karena penularan tertinggi disebabkan hubungan sex yang tidak aman. Meningkatnya capaian hasil testing HIV hingga juni 2015, Kabupaten Nabire menduduki peringkat pertama di Papua dengan 5155 kasus, hal ini belum diimbangi dengan masuknya ODHA dalam layanan dukungan perawatan dan pengobatan serta penggunaan ARV yang masih rendah, tingginya angka LFU yang memungkinkan penularan di maysrakat akan tetap dapat terjadi. Kondom sebagai salah satu alat yang diharapkan secara konsekuen, terkadang sulit dievaluasi karena menyangkut privasi sehingga metode Sirkumsisi/Sunat pada pria menjadi alternative baru dalam upaya ini.
Selanjutnya, dr Frans Sayori mengatakan dalam rangka memasyarakatkan Sirkumsisi sebagai salah satu alternatif mengendalikan laju penularan HIV-AIDS, Ikatan Dokter Indonesia Cabang Nabire di usianya yang ke-65 tahun ini, bekerja sama dengan Puskesmas Bumiwonorejo dan Klinik Santo Rafael menggelar seminar dan workshop sehari yang mengusung “thema : Upaya Menyelamatkan Papua” dan subthema”Sirkumsisi/Sunat Sebagai Upaya Pengendalian HIV-AIDS di Nabire, Antara harapan dan Kenyataan.” Ditambahkannya, tujuan seminar ini adalah untuk mengenalkan dan mempromosikan pentingnya sirkumsisi dalam penanggulangan HIV-AIDS, secara khusus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para medis dalam mengerjakan sirkumsisi metode Prepex, mengevaluasi komplikasi ikutan yang mungkin ada serta melakukan rujukan pada tingkat yang lebih berkompeten bila terjadi hal-hal di luar kemampuan. Selain itu menjadikan sirkumsisi sebagai protap dalam pelayanan dasar pada unit layanan kesehatan dengan prevalensi infeksi HIV-AIDS yang meluas.
Selain itu dalam sambutan tertulis Bupati Nabire Sendius Wonda,SH,MSi yang di bacakan Asisten II Sekda Kabupaten Nabire Ir Sukadi, sekaligus membuka secara resmi Seminar dan Work Shop tentang Sirkumsisi sebagai upaya pengendalian HIV di Nabire dalam rangka memperingati HUT Ikatan Dokter Indonesia ke-65, mengucapkan selamat datang kepada sekretaris KPA Provinsi Papua Bapak drh. Constant Karma dan Para narasumber di Kabupaten Nabire. Semoga dengan kehadirannya dapat menjadi motifasi dan inspirasi bagi para medis dan segenap komponen masyarakat nabire, dalam upaya penanggulangan penyakit HIV AIDS.
lebih lanjut diungkapkan bahwa perkembangan penularan virus HIV-AIDS di masyarakat telah sampai pada taraf yang sangat memprihatinkan, tak terkecuali di Kabupaten Nabire. Jumlah penderita HIV-AIDS selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Kondisi ini tentunya menjadi ancaman yang serius bagi masyarakat terutama para generasi muda di tanah Papua, oleh karena itu salah satu upaya yang dianggap dapat menekan laju pertumbuhan Inveksi baru HIV-AIDS dengan menerapkan metode Sirkumsisi/Sunat di kalangan pria. Hasil penelitian di Zimbabwe menunjukan jika 80% pria berusia antara 15-49 tahun melakukan sirkumsisi pada tahun 2015, maka hal ini akan menurunkan infeksi baru HIV-AIDS sebesar 42% pada tahun 2025, dan di Afrika Selatan menunjukan bahwa dengan melakukan sirkumsisi, akan mengurangi resiko tertular HIV dengan 76% dari pasangan wanitanya.
Bupati Sendius wonda juga berharap kepada para peserta untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab bersama dalam menanggulangi HIV-AIDS dan memasyarakatkan sirkumsisi/sunat sebagai salah satu alternatif dalam menekan laju penularan HIV-AIDS di Kabupaten Nabire.
Mengakhiri sambutan tertulisnya Penjabat Bupati Nabire mengajak semua elemen untuk satukan pemikiran dan langkah yang diperlukan untuk mengatasi laju penyebaran virus HIV-AIDS sehingga kita dapat menyelamatkan masyarakat khususnya generasi muda di Nabire dan Tanah Papua dari jurang kehancuran.
Acara dilanjutkan dengan pemotongan Kue Ulang Tahun IDI ke-65, serta seminar dan workshop yang di bagi dalam empat sesi dan ditutup dengan diskusi. Dimana pada sesi pertama dengan materi Prevalensi HIV di Nabire oleh Bpk.Yulian Agapa (Kepala Dinas Kesehatan Kab Nabire). Sesi Kedua tentang Sirkumsisi/Sunat Dalam Upaya Pencegahan HIV, oleh drh. Constant Karma (Sekretaris KPA Provinsi Papua). Sesi Ketiga tentang Sirkumsisi Metode Prepex oleh dr.Laswan (PKM Enaro Kota), sesi Keempat tentang LKB SUFA oleh Kelompok Dukungan Sebaya Reaksi Rafael Bumiwonorejo Club/KDS RRBC.
Hadir dalam seminar dan workshop ini, jajaran Forkompimda kabupaten Nabire, Sekretaris KPA Provinsi Papua Bapak drh. Constant Karma, Sekretaris KPA Kabupaten Nabire Drs A.Takerubun, Kepala Puskesmas Enaro Kota dr. Laswan, KaDinKes Kabupaten Nabire Yulian Agapa, Akp, M.Kes, Para Dokter, pimpinan SKPD dilingkungan Pemda Kabupaten Nabire,para Tokoh masyarakat, agama, adat, pemuda dan perempuan serta peserta dan undangan lainnya.(U.R)
635 orang membaca tulisan ini